Konten [Tampil]
Hijrah artinya pindah.
Kita mungkin sudah sering mendengar kisah hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke
Madinah. Mungkin sudah kita baca kisah hijrah para sahabat mengikuti titah
Rasulullah SAW meninggalkan kampung halaman bahkan sebagian besar harta atas
nama agama. Di zaman milenial, kita banyak disuguhi kisah hijrah orang-orang
hebat, mulai dari artis, tokoh masyarakat, hingga mungkin kerabat dan anggota
keluarga.
Semoga di sini
kita sepakat bahwa hijrah adalah pindah dari sesuatu yang buruk, baik itu
tempat, cara hingga tujuan hidup, kepada sesuatu yang lebih baik, yang diridhai
Allah SWT sebagai pencipta manusia. Allah yang menciptakan kita, Allah pula
yang menetapkan aturan hidup untuk kita. Jika dalam perjalanan kita memilih
jalan, cara, bahkan tujuan sendiri dalam hidup ini, kemudian menyadari bahwa
ada sesuatu yang salah telah terjadi, maka saat itulah kita perlu kembali,
hijrah.
Kesempatan untuk
memilih hijrah, tidak didapat dengan mudah oleh setiap orang. Ada yang harus
menghadapi kesulitan hidup, baru menyadari kesalahan yang sudah dilalui. Ada pula
yang bergelimang materi, namun tidak kunjung menemukan ketenangan hati. Ada pula
yang harus menghadapi ujian dan cobaan bertubi-tubi, baru menemukan jalan untuk
kembali kepada Illahi. Ada pula, yang cukup ditegur melalui peristiwa kecil,
sudah memahami bahwa ia harus segera mengubah arah dan menjalani hidup sesuai
fitrah diri.
Fitrah? Adalah sesuatu
yang sudah ada dalam diri, meski kita tidak pernah meminta. Menjadi muslim,
adalah salah satunya. Tidak ada jiwa manusia yang tidak mengakui adanya Tuhan. Dan
jika saja semua manusia jujur dengan dirinya sendiri, maka satu-satunya Tuhan
yang ditemukan menguasai semesta hingga isi hati adalah Allah SWT. Maka, semoga
sampai sini kita sepakat, bahwa Allah pula yang paling berhak menetapkan aturan
hidup bagi manusia. Karena bagaimanapun, yang paling mengenal kita adalah Sang
Pencipta, bukan sesama manusia.
Begitu juga
dalam bidang finansial. Generasi milenial tentu tidak lagi merasa asing membaca
istilah “riba, gharar, maisir, berkah, falah, juga istilah Syariah”. Beberapa istilah
tesebut dewasa ini sering didengungkan dalam majelis ta’lim, kajian ekonomi
islam, dan buku-buku yang membahas tentang sistem ekonomi dalam Islam. Seiring dengan
menjamurnya Lembaga keuangan Islam, semakin banyak pula masyarakat yang
mengenal istilah murabahah, mudharabah, akad, batal, multi akad, dan
sebagainya.
Pusing? Semoga tidak.
Percayalah, ini hanya hal mudah yang nanti bisa kita pelajari dan pahami
besama. Semoga kali ini kita sepakat, bahwa tujuan utama penciptaan manusia
adalah untuk beribadah kepada Allah. Sehingga apapun yang kita pilih untuk
lakukan, bernilai ibadah dan mendapat ridha-Nya.
Lagipula,
finansial adalah salah satu sektor utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada
seorang menusiapun, termasuk muslim -tentu saja- yang bisa berlepas diri dari
kepentingan finansial. Saat ini kita menyadari bahwa di akhir zaman sistem
finansial yang berjalan jauh menyimpang dari aturan yang ditetapkan Allah dalam
Al Qur’an dan Sunnah. Riba mengakar dan menggurita seperti tidak terpisahkan
dari bumi. Tidak sedikit pula dukungan pemerintah dan lingkungan terhadap
sistem yang merusak masa depan ini.
Usia kita
berkurang setiap saat, berarti kesempatan hidup semakin sedikit. Jika ada dari
pilihan kita yang tidak sesuai syariat dan menghalangi dari ridha Allah, apakah
kita bisa diam saja? Menyerah pada keadaan tentu tidak bisa menjadi pilihan. Maka
momentum hijrah, kita sendiri yang menentukan. Sekarang, atau nanti,
masing-masing memiliki konsekuensi. Jangan-jangan, ada tabungan berbunga yang
kita miliki, infaq dan sedekah yang kita tahan-tahan, atau investasi yang tidak
sesuai Syariah kita lakukan, menghalangi hidup kita dari ridha-Nya? Kemudian bagaimana jika Allah tidak menunggu saat
Ramadhan kembali menghampiri? Maka hijrah finansial tidak perlu menunggu lagi. Harus
segera kita lakukan, tanpa nanti.
tata letak blognya bagua 😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah dapat pencerahan😊
ReplyDeletebaru belajar nih bang Ian... he
ReplyDelete*alhamdulilah bunda Titi...