Mengatur pengeluaran setelah gajian adalah bagian dari ikhtiyar untuk tetap berada dalam kondisi keuangan yang baik. Berapapun banyak gaji, jika tidak diatur untuk apa saja pengeluarannya, bisa habis sia-sia. Begitu pula seberapa sedikit pun gaji, jika diatur bisa jadi cukup hingga gajian berikutnya.
Bagaimana caranya gaji yang sidikit bisa jadi cukup? Atau yang banyak itu tetap berkah? Yuk, simak beberapa tips singkat ini untuk tahu lebih lanjut tentang cara syariat mengajarkan kita mengatur keuangan.
Porsi Pengaturan Keuangan Setelah Gajian
Sesaat setelah menerima gaji, jangan biarkan mengendap di bank konvensional jika Anda seorang muslim atau muslimah. Alasan lengkapnya bisa dibaca di sini atau di sini dan di sini. Jangan pula mendaftar barang atau jasa yang ingin segera dibeli sebelum mengatur porsi pengaturan keuangan setelah gajian seperti berikut:
Alokasi 10% Kebaikan
Tips pertama dalam mengatur pengeluaran setelah gajian adalah dengan mengutamakan pos kebaikan. Sebanyak 10% dari gaji harus diambil terlebih dahulu untuk membersihkannya. Anda bisa menyumbang ke kotak infaq, memberikan yang berhak, atau apapun yang bersifat sosial dan bermanfaat untuk umat manusia.
Baca juga: Buku Bagi Waris
Pengeluaran zakat termasuk dalam porsi ini. Biasanya untuk zakat harta berkisar antara 2,5-10% tergantung barang yang terkena zakat. Jika porsi 10% sudah diberikan kepada mereka yang berhak, pasti ada rasa lega, bahagia, sekaligus bangga.
Pertama karena ketika memberi dan berbagi dengan orang lain, melihat kebahagiaan mereka yang menerima bisa menularkan rasa bahagia. Kedua, berbagi sama dengan menunaikan kewajiban. Setiap kewajiban yang berhasil digugurkan dengan baik pasti menimbulkan rasa puas.
Semakin banyak bisa berbagi, semakin banyak pula porsi kebahagiaan yang bisa dirasakan. Akan tetapi teori ini hanya berlaku pada orang yang ikhlas saat berbagi. Sementara bagi orang yang mengeluh atau terbesit rasa berat, porsi kebahagiaan yang dirasa juga berbeda. Anda termasuk yang mana?
Alokasi 20% Untuk Masa Depan
Bahasa sederhana untuk poin kedua cara mengatur pengeluaran setelah gajian adalah investasi. Sebenarnya investasi tidak hanya berkisar pada sektor keuangan saja. Investasi bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Baca juga: usaha halal di tengah pandemi
Investasi harta bisa dilakukan di pasar modal syariah atau membeli instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah. Bisa juga di sektor riil, dengan membuka usaha, join usaha, atau lainnya.
Selain dalam bentuk harta melalui berbagai usaha yang menghasilkan pendapatan, investasi juga perlu dilakukan dalam bentuk immateri, namun tetap membutuhkan modal. Misalnya investasi ilmu, dengan mengikuti training, membeli buku dan membacanya, atau investasi persahabatan.
Segala bentuk investasi yang tidak berwujud efek atau usaha di sektor riil, memang tidak bisa dilihat hasilnya secara langsung. Akan tetapi jenis investasi ini sangat penting untuk masa depan yang panjang. Skill yang dikuasai dengan baik bisa mendatangkan rezeki, ilmu yang bermanfaat juga bisa jadi amal jariyah.
Alokasi 30% Untuk Cicilan
Alokasi porsi pengaturan keuangan setelah gajian untuk cicilan ini hanya berlaku ketika ada cicilan yang menjadi kewajiban. Sekalipun (misalnya) cicilan yang belum lunas adalah riba, tetap harus dibayar dan diselesaikan.
Selain utang untuk keperluan konsumsi, barangkali ada cicilan yang harus dilunasi untuk rumah,kendaraan, atau lainnya. Semua harus diutamakan sebelum memikirkan kebutuhan lain.
Jika tidak ada cicilan wajib yang harus dibayar saat ini, alangkah bahagia hidup Anda. Jutaan orang lain di luar sana bahkan masih kesulitan mencari sumber pembayaran cicilan untuk esok hari. Maka usahakan jika perlu mengambil cicilan, nilainya tidak lebih besar dari 30% penghasilan.
Alokasi cicilan yang tidak digunakan (karena tidak adanya cicilan yang harus dibayar setiap bulan), bisa dialihkan ke sektor lain: investasi misalnya. Bisa juga dialihkan ke porsi penambahan aset.
Baca juga: Instrumen pengganti bunga
Alokasi 40% Untuk Kebutuhan
Setelah pengeluaran pasca gajian dihitung, 10% untuk kebaikan + 20% untuk masa depan dan 30% untuk cicilan, masih ada 40% yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Porsi pengaturan keuangan setelah gajian ini menjadi penting agar kepentingan konsumsi tidak terabaikan atau terlalu boros.
Sebaik-baik pada setiap perkara adalah pertengahannya. Tidak kekurangan sekaligus kelebihan. Tidak menyalahi porsi atau menghilangkan hak pribadi. Semua diatur dalam konsep manajemen yang harmoni.
Masalahnya mungkin timbul ketika alokasi yang diatur tidak bisa sesuai budget. Jangankan untuk 20% investasi, kebutuhan makan sehari-hari pun terasa sulit untuk dipenuhi. Lalu bagaimana mengeluarkan yang 10% dari gajian?
Dari 4 pos yang menjadi prioritas pengeluaran setelah gajian tersebut, yang paling penting untuk dipenuhi tentu adalah kebutuhan dan porsi kebaikan. Akan tetapi sebisa mungkin penghasilan diatur untuk memenuhi semua porsi tersebut. Baik untuk keperluan investasi maupun pelunasan kewajiban kepada orang lain.
Ketika kita sudah berusaha membagi porsi sesuai prioritas masing-masing dan ternyata masih kurang, mungkin ada satu hal yang harus dilakukan. Yaitu tambahkan lagi sumber penghasilan. Bisa dengan kerja sampingan mengandalkan skill yang sudah dimiliki, atau menambah keran investasi sehingga bertambah pula pendapatan.
Dengan demikian mengatur pengeluaran setelah gajian bukan hal yang sulit. Selama ada kemauan dan niat yang kuat untuk memperbaiki manajemen keuangan, semua pasti bisa teratasi dengan baik. Jangan lupa untuk selalu mengirigi setiap usaha dengan doa agar hasilnya lebih berkah untuk semua.
Post a Comment
Post a Comment