Merdeka finansial menurut OJK yang ditulis dalam situs sikapiuangmu, bukan keadaan dimana seseorang memiliki banyak uang. Lebih dari itu, seseorang sikatakan merdeka finansial ketika bisa hidup dengan pantas, secukupnya, dan bebas utang. Ya karena tidak sedikit orang yang uangnya banyak tapi utangnya juga banyak, kan?
Kondisi merdeka finansial tentu menjadi impian banyak orang.
Siapapun pasti ingin hidup bebas, bahagia, dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
keinginannya sekaligus. Ingat, kondisi ini tidak hanya bisa dicapai ketika
punya banyak uang, tapi juga harus kuat secara emosional dan spiritual. Karena
pengendalian keuangan tidak hanya dibutuhkan saat seseorang memiliki jumlah
uang banyak. Justru saat keuangan terbatas, kita harus berpikir bagaimana
caranya tetap merdeka secara finansial.
Dalam kamus seorang muslim, berdasarkan dalil dalam Qur’an
dan hadits, menikah adalah salah satu pintu rezeki. Artinya, menurut teori
seharusnya hidup seseorang makin sejahtera setelah menikah, bukan sebaliknya,
ya? Faktanya tidak selalu demikian. Ada banyak orang menikah namun setelahnya
sering merasa kurang dengan rezeki yang dihadapinya.
Tentu ada banyak sisi yang harus kita lihat agar bisa menilai
sesuatu secara objektif, sehingga tidak menarik kesimpulan yang salah. Jangan
sampai persepsi kita megalahkan dalil sehingga itulah yang terjadi. Karena
Allah cenderung mengikuti prasangka hambaNya, kan? Mari kita bahas pelan-pelan
untuk memahami cara mewujudkan merdeka finansial dalam keadaan apapun.
Standar
Merdeka Finansial
Masih menurut standar OJK nih, ada beberapa kriteria yang
harus terpenuhi untuk mencapai level merdeka finansial. Yaitu sehat secara
fisik dan mental, karena kalau sakit parah dan lama pasti mengganggu stabilitas
keuangan untuk proses penyembuhan. Kedua tidak cemas tentang masa depan, ketiga
siap dana pendidikan anak, keempat punya dana darurat dan kelima kalau harus
punya utang, maka pastikan produktif.
Sebelum memperjelas setiap poin tersebut, tentu kita boleh
menetapkan standar sendiri yang berbeda. Boleh lebih sederhana, atau bahkan
lebih rumit. Semua tergantung kenyamanan masing-masing. Asal dengan standar
yang kita buat itu, tidak ada pos keuangan atau pihak yang harus menjadi
korban.
1.
Sehat
Fisik dan Mental
Untuk mewujudkan sehat fisik dan mental, tentu harus dimulai
sedini mungkin. Biasakan menjaga pola hidup, pola makan dan pola pikir yang
sehat. Pola hidup sehat artinya cukup waktu istirahat, olahraga dengan baik, punya
hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar, dan merasa nyaman dengan diri
sendiri.
Pola makan yang sehat tentu mendapat asupan makanan dengan
gizi seimbang dan teratur, tidak hanya menyukai makanan tertentu dan
menghindari yang justru menyehatkan. Dan terakhir pola pikir yang sehat berarti
memiliki cara berpikir yang baik sesuai kebiasaan masyarakat dan dapat
berinteraksi dengan baik tanpa terlalu banyak menyimpan perasaan dan
menggunakan diri sendiri sebagai standar kebenaran.
Pola hidup, makan dan pikir yang sehat bukan berarti tidak
pernah atau tidak boleh sakit. Sebagai manusia tentu wajar jika merasakan
sakit, ketidaknyamanan hubungan sosial, atau prasangka terhadap sesuatu. Akan
tetapi jadikan hal-hal seperti itu sebagai warna hidup yang sifatnya sementara.
Segera selesaikan ketika masalah mulai timbul, segera berobat saat merasakan
sakit, dan perbaiki hubungan sebelum semakin buruk. Dengan demikian perhitungan
keuangan akan tetap aman tanpa harus mengalami krisis berkepanjangan.
2.
Tidak
Mencemaskan Masa Depan
Standar merdeka finansial yang kedua adalah tidak perlu
mencemaskan masa depan, karena sudah yakin bahwa yang dipersiapkan cukup untuk
dirinya sendiri dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Definisi cukup
tentu tidak sama untuk setiap orang. Ada yang cukup dengan hidup menghabiskan
uang 1 juta rupiah sebulan, ada juga yang butuh 5 juta setiap bulan untuk
hidup.
Berapapun kebutuhan rutin kita, sesuaikan dengan kemampuan
finansial agar bisa merasakan kemerdekaan tanpa terbebani dengan utang dan
bayang-bayang masa depan suram. Satu hal yang terpenting dalam menentukan besar
kebutuhan bulanan adalah keterampilan membedakan kebutuhan dan keinginan.
Karena seringkali, pengeluaran terjadi untuk menuruti keinginan, bukan
kebutuhan.
3.
Siap
Dana Pendidikan Anak
Siap dana pendidikan untuk anak adalah standar kemerdekaan
finansial khusus bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. Jangan biarkan
anak-anak lahir tanpa perencanaan masa depan orang tua, sehingga mereka tumbuh
dalam keterbatasan dan dipaksa untuk ikut tersiksa dengan gaya hidup yang
diterapkan orang tuanya.
4.
Punya
Dana Darurat
Dana darurat adalah salah satu pos penting dalam pengelolaan
keuangan yang tidak boleh diisi dengan jatah sisa, tapi harus disisihkan sejak
awal. Berapapun pendapatan Anda, harus ada jatah khusus dana darurat yang bisa digunakan sewaktu-waktu
saat dibutuhkan. Sehingga kalaupun ada kekurangan dana, untuk mencari tambahan
pun tidak akan terlalu berat.
5.
Utang
Produktif
Siapa bilang seorang muslim tidak boleh punya utang? Bahkan
Rasulullah saw saat meninggal masih memiliki utang dengan jaminan satu baju
besi kepada seorang yahudi. Pada prinsipnya utang adalah boleh dalam Islam,
yang tidak boleh adalah utang yang diniatkan untuk tidak dibayar. Usahakan jika
harus berutang, maka jadikan pinjaman itu produktif untuk menghasilkan uang,
agar utang itu akhirnya bisa dibayar.
Hindari utang untuk kebutuhan konsumtif, kecuali dalam
keadaan darurat. Karena urusan utang tidak akan berakhir di dunia ketika kita
meninggal, tapi akan diselesaikan hingga akhirat dan pahala kita bisa menjadi
penebusnya. Atau jika pahala kita tidak cukup banyak, bersiaplah untuk
menanggung dosa orang yang kita utangi tersebut. Na’udzubillahi min dzalik.
Kunci
Merdeka Finansial Sebelum Menikah
Lalu apa yang harus dilakukan agar merdeka finansial sebelum
menikah? Tulisan ini tentu menjadi nasehat bagi diri sendiri, agar tidak
kelabakan saat sebelum nikah, hingga nanti setelah menikah. Karena sejatinya
pernikahan, meskipun disebut sebagai salah satu pintu rezeki, bukanlah
bertujuan menambah kekayaan, melainkan menambah ketaqwaan dalam ibadah
terpanjang. Berikut beberapa hal yang harus kita perhatikan sebagai insan jomlo
berkualitas:
1.
Manajemen
Keuangan
Menerapkan manajemen keuangan atas berapapun pendapatan dan
sekecil apapun pengeluaran selalu penting dilakukan, terutama saat masih
sendiri. Jika perlu, buat catatan khusus keuangan yang akan memperjelas berapa
pendapatan bersih dan pengeluaran rutin bulanan. Pastikan untuk selalu
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Memilah antara mana yang benar-benar
butuh saat itu atau bisa ditunda, antara keinginan yang harus segera
terealisasi atau masih bisa nanti, akan sangat membantu mengatur keuangan lebih
baik.
2.
Perbesar
Pendapatan Atau Perkecil Pengeluaran?
Pertanyaan dilematis, ya? It’s okay, asal jangan bersembunyi
di balik kalimat, “Emang rezekinya segini, mau gimana dong?” lalu membenarkan
diri berutang demi kepentingan konsumtif. Jangan begitu, karena sebenarnya jawabanya
simple sih, “Yaudah syukuri dulu, atur biar cukup, cari pendapatan tambahan
yang halal, banyakin doa, sedekah, semoga berapapun rezeki jadinya berkah.”
Seolah jawaban itu mengolok, “Ngomong doang mah gampang, ya?
Belum ngerasain beras habis, bareng telur habis, pampers anak habis, kontrakan
harus dibayar, belum cicilan A, B, C, D nanti setelah menikah sendiri, rasain!”
Sering sekali rasanya mendengar kalimat semacam itu menjadi dalih bagi
orang-orang yang memang tidak mengatur keuangan sejak awal.
Ayolah, tinggalkan kebiasaan menyalahkan orang lain dahulu
sebelum menunjuk diri sendiri. Mestinya dibalik, bahwa sesungguhnya ketika kita
menghadapi kesulitan, masalah, atau apapun, mulailah menatap kaca dan mencari
kesalahan diri. Siapa tahu, justru sebenarnya sejak awal kita yang salah tapi
tidak mau mengakuinya?
Berapapun pendapatan kita, selalu tersedia dua pilihan saat
rasanya pendapatan tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan. Pertama menambah
pendapatan, bisa dari usaha sampingan, bekerja paruh waktu, atau investasi jika
punya modal. Atau pilihan kedua, batasi pengeluaran dengan mengesampingkan
kebutuhan yang tidak mendesak. Jika tidak mampu makan di Richeese atau
nongkrong di Starbucks seminggu dua kali, cukuplah makan di warteg dan
nongkrong di pantry tempat kerja. Jauh lebih murah, bukan?
Kunci
Merdeka Finansial Pasca Menikah
Setelah menikah, rezeki setiap orang tetap 100%. Pun ketika
diamanahi anak, maka rezeki anak juga lengkap 100%, demikianlah ketetapanNya.
Dalam Al Qur’an Surah Al Isra’ ayat 31 dan Al An’am ayat 151 Allah tegaskan
bahwa setiap anak memiliki rezeki yang dijaminNya. Maka orang tua dilarang
membunuh anak yang sudah diciptakanNya karena takut miskin.
Ada beberapa hal yang harus dijadikan prinsip oleh pasangan
suami-istri agar dapat mencapai kemerdekaan finansial pasca menikah. Jangan
sampai saat masih sendiri bisa punya tabungan, keuangan stabil, justru setelah
menikah semakin berantakan. Tentu jika ini yang terjadi, bukan salah Sang Maha
Pemberi Rezeki, tapi bagaimana pengaturan keuangan dilakukan sehingga rezekiNya
yang sudah ditakar cukup, bisa dianggap kurang.
1.
Samakan
Persepsi: Mulai dari 0
Rumah tangga di gerbang pernikahan bisa diibaratkan bahtera
di Pelabuhan yang siap mengarungi belantara samudera. Baik nahkoda dan seluruh
awak kapal tidak mampu memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di tengah
lautan sana. Apakah akan bertemu badai terlebih dahulu, ombak tinggi, atau
hanya ada angin sepoi-sepoi sepanjang perjalanan.
Seperti halnya orang yang hendak melakukan perjalanan jauh,
memiliki bekal yang cukup untuk perjalanan itu adalah persiapan terbaik. Bukan
banyaknya harta yang dibutuhkan untuk bekal pernikahan, tapi keterampilan,
kesiapan mental, keahlian mengatur keuangan, kecerdasan dalam mengatasi
masalah, dan juga iman yang saling menguatkan.
Suami dan istri boleh saja memiliki kebiasaan mengatur uang
dengan cara berbeda, gaya hidup berbeda, tapi penting bagi keduanya untuk bisa
menyepakati hal mendasar bersama-sama. Mana yang bisa dikompromikan, mana yang
harus mengalah, mana yang perlu perjuangan untuk dicapai bersama-sama.
Persepsi “mulai dari 0” layaknya mengisi bensin di SPBU,
tidak harus dimulai dengan tangka kosong. Karena setiap pasangan pasti memiliki
masa lalu dan kepribadian berbeda. Mulai dari 0 berarti memiliki persepsi yang
sama untuk melangkah ke depan, dengan tujuan bersama: meningkatkan taqwa dalam
ibadah terpanjang. Semoga dengannya, ridha Allah senantiasa menyertai dan
memberkahi setiap limpahan rezeki.
2.
Terapkan
Strategi Berhemat
Dalam rumah tangga tentu ada masa saat kemampuan finansial
berada di bawah kebutuhan standar. Terapkan strategi berhemat yang tepat agar
tidak ada pihak yang harus merasa sakit, karena sebisa mungkin risiko berhemat
itu harus ditanggung oleh seluruh pihak yang terlibat. Jangan egois dengan mengorbankan
kepentingan pihak lain demi kepentingan diri sendiri. Rumah tangga dapat
berjalan dengan baik ketika pasangan bisa saling mendukung, menguatkan, dan
mencari solusi bersama, bukan malah sebaliknya.
3.
Tingkatkan
Syukur, Turunkan Gengsi
Ketidakmampuan memilah antara kebutuhan dan keinginan umumnya
disebabkan oleh gengsi. Sesungguhnya kebutuhan hidup hingga level “cukup”
setiap orang sangat terbatas. Sekali makan cukup sepiring, tidak mungkin lima
piring sekaligus. Mau dalam sepiring itu harganya 50 ribu, 100 ribu, atau 10
ribu, ketika sampai perut maka tidak ada bedanya.
Sekali berpakaian, kita cukup mengenakan satu pakaian luar
dan selapis pakaian dalam. Tidak perlu memakai berlapis-lapis, kecuali seperi
jaket, mantel, atau aksesoris yang memang perlu. Sepasang kaki hanya mampu
memakai satu pasang sepatu di satu waktu, jadi mengapa harus punya 100 pasang
sepatu koleksi tanpa bisa memakainya sekaligus? Bukankah ini berlebihan?
Terutama jika kemampuan finansial berada jauh di bawahnya.
Ingat bahwa setiap helai pakaian, pasang sepatu, aksesoris,
dan semua harta yang kita miliki kelak akan diminta pertanggungjawaban. Dari
mana berasal, dan bagaimana kita menggunakannya. Apakah digunakan untuk
meningkatkan taqwa, atau justru sebaliknya? Maka tingkatkan syukur, kurangi
gengsi. Karena gengsi tidak akan membuat kita kenyang dan berpuas diri.
4.
Putuskan
Untuk Berbahagia
Kunci merdeka finansial pasca menikah adalah dengan
memutuskan untuk merasa bahagia. Ya, kita tidak perlu menunggu pendapatan
bulanan mencapai 2 digit di rekening, tidak perlu menunggu punya mobil, rumah
pribadi, kamar seluas suite room di hotel berbintang lima, tidak. Untuk
berbahagia kita hanya perlu memutuskan sendiri. Berbahagialah, dengan segala
nikmat yang diberikanNya, semoga menjadikan berkah untuk keluarga dan kehidupan
masa depan.
Biar enggak tersesat pasca menikah maka perlu tahu banyak hal yang akan terjadi dalam pernikahan. Paling tidak ada gambaran tentang perencanaan berdua.
ReplyDelete